Jumat, 13 April 2018

Forum Regional 7 Syla Indonesia (Latihan kepemimpinan Sylva Indonesia, UNIPA, manokwari)


Bersama Delegasi PCP Unsulbar, PCSI Unhas Makassar, PCSI Unismuh makassar dan dari PCSI  Universitas Halu Oleo,Kendari

Kamis, 02 November 2017

komposisi jenis dan struktur hutan alam di Kebun Raya UHO

I.       PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Analisis vegetasi hutan merupakan studi untuk mengetahui komposisi dan struktur hutan. Kegiatan analisis vegetasi pada dasarnya ada dua macam metode dengan petak dan tanpa petak. Salah satu metode dengan petak yang banyak digunakan adalah kombinasi antara metode jalur (untuk risalah pohon) dengan metode garis petak (untuk risalah  permudaan).
            Komunitas tumbuhan atau vegetasi mempunyai peranan penting dalam  ekosistem.  Kehadiran vegetasi pada suatu kawasan akan memberikan dampak  positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala lebih luas.  Vegetasi  berperan  penting dalam ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan  karbodioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia, biologis  tanah dan  pengaturan tata air dalam tanah. Secara umum vegetasi memberikan dampak positifnterhadap ekosistem, tetapi pengaruhnyabervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada setiap kawasan.
Analisis vegetasi dapat dilakukan dengan dua macam metode yaitu metode dengan petak dan tanpa petak. Parameter-parameter  vegetasi dalam metode petak kuadrat antara lain : kerapatan jenis, frekuensi jenis,dom inasi jenis, dan INP.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum analisis vegetasi hutan alam untuk mengetahui komposisi jenis dan struktur hutan alam di Kebun Raya UHO.

1.2.   Tujuan Praktikum
            Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis dan struktur hutan alam.
1.3.  Manfaat Praktikum
            Manfaat pada praktikum ini agar dapat mengetahui komposisi jenis dan struktur hutan alam.












II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Hutan
Hutan merupakan salah satu habitat dari berbagai jenis organisme yang merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU No. 41/1999 tentang Kehutanan). Salah satu penyusun hutan adalah vegetasi, yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada satu tempat di mana antara individu-individu penyusunnya terdapat interaksi yang erat, baik di antara tumbuhtumbuhan maupun dengan hewan hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut (Hamidun dan Baderan, 2014).
Hutan tropis dataran rendah merupakan salah satu tipe ekosistem hutan yang mendominasi sebagian besar wilayah daratan di Sumatera. Hutan dataran rendah Sumatera memiliki kekayaan hayati yang tinggi. Hutan tropis dataran rendah memiliki peranan penting sebagai sumber kayu, cadangan plasma nutfah, sumber bahan obat-obatan dan sebagai penyedia jasa lingkungan seperti pengatur sistem tata air, pencegah erosi, pengontrol pola iklim dan penyimpan karbon
(Suwardi et al., 2013).
                        Hutan merupakan salah satu habitat dari berbagai jenis organisme yang merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU No. 41/1999 tentang Kehutanan). Salah satu penyusun hutan adalah vegetasi, yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada satu tempat di mana antara individu-individu penyusunnya terdapat interaksi yang erat, baik di antara tumbuhtumbuhan maupun dengan hewan hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut (Verrawaty dan Rosmini, 2013).

2.2. Komposisi Vegetasi
Vegetasi adalah kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada suatu tempat membentuk suatu kesatuan dimana individu-individunya saling tergantung satu sama lain yang disebut sebagai komunitas tumbuh-tumbuhan. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu  area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu (Isa, 2015).
Komposisi tegakan dan tingkat penguasaan jenis vegetasi sangat berkaitan dengan persaingan pertumbuhan. Indikator tercapainya proses adaptibiliti untuk semua jenis vegetasi dalam pertumbuhannya akan menghasilkan komposisi tegakan dan tingkat penguasaan jenis vegetasi dengan pertumbuhan yang normal dari waktu ke waktu. Kondisi demikian akan tercapai jika tidak terjadi gangguan selama proses pertumbuhan dan perkembangan berlangsung (Tulalessy, 2012).
Tumbuhan bawah dapat menimbulkan kerugian, tetapi ada pula manfaatnya. Studi komposisi vegetasi tumbuhan bawah memerlukan bantuan dari studi tingkat populasi atau jenis. Hal ini dapat dimengerti karena struktur dan komposisi jenis suatu komunitas dipengaruhi oleh hubungan yang terjadi dalam komunitas. Vegetasi tumbuhan bawah juga merupakan salah satu komponen ekosistem yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisikondisi faktor lingkungan yang mudah diukur dan nyata. Ada dua cara dalam mengkaji vegetasi, yaitu dengan mendsskripsikan dan menganalisis, masingmasing dengan berbagai konsep pendekatan yang berlainan (Dahir, 2012).

2.3. Keanekaragaman Tumbuhan
Keanekaragaman hayati (biological diversity) atau sering disebut dengan biodiversity merupakan suatu istilah untuk menyatakan tingkat keanekaragaman sumber daya alam hayati yang meliputi kelimpahan atau penyebaran dari ekosistem, jenis dan genetikkeanekaragaman hayati tumbuhan dapat dilihat dari nilai kerapatan, frekuensi, dominansi, INP (indeks nilai penting), dan indeks kemerataan, indeks kekayaan margalef, indeks keragaman shanon-wiener, indeks dominansi dan indeks kesamaan komunitas (Mustian, 2009).
Keanekaragaman hayati yang tinggi menunjukkan bahwa dalam komunitas tersebut memiliki kompleksitas tinggi dan akan terjadi interaksi spesies yang melibatkan transfer energi atau jaring makanan, predasi, pembagian relung yang secara teoritis lebih kompleks dan lebih stabil. Keanekaragaman jenis dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil walaupun terdapat gangguan terhadap komponen-komponennya (Nugroho dan Ulfah, 2015).
Adanya perbedaan tingkat keanekaragaman jenis tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu stres lingkungan,  lingkungan yang ekstrem, seperti sumber air panas, daerah beragam, puncak gunung, merupakan habitat yang penuh dengan stress. Hanya beberapa jenis tumbuhan yang mampu bertahan di habitat tersebut. Luas areal Semakin luas areal, biasanya keanekaragaman jenis yang ada semakin tinggi. Secara umum hubungan antara luas dan kekayaan jenis dapat digambarkan dengan rumus. Heterogenitas habitat habitat yang heterogan mempunyai banyak habitat mikro di dalamnya yang masing-masing dikuasai jenis tumbuhan tertentu. Oleh karena itu semakin heterogen habitat semakin banyak jenis yang mampu hidup di dalamnya (Tudjuka, 2014).


















III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini di laksanakan dilaksanakan pada hari Senin, 26 Desember 2016 Pukul 08.00 WITA. Bertempat di Kebun Raya Universitas Halu Oleo Kendari, Sulawesi Tenggara.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ekosistem hutan alam yang akan diamati
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah peta lokasi, peta kerja dan/atau peta penutupan lahan (peta penafsiran vegetasi), patok dengan tinggi 1 meter, kompas, haga meter,  meteran 20 meter atau 10 meter, tali rafia 60 meter, pita meter 100 cm, perlengakapan herbarium untuk metoda basah dan tally sheet serta alat-alat tulis.
3.3. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum “Analisis Vegetasi Hutan Alam” ini yaitu sebagai berikut:
1.    Membuat regu kerja, setiap regu beranggotakan 6 - 10 orang.
2.    Menentukan lokasi jalur (unit contoh) diatas peta, panjang masing-masing jalur ditentukan berdasarkan lebar hutan. Jalur dibuat dengan arah tegak lurus kontur.
3.    Menentukan unit contoh jalur dengan desain 3 petak masing petak berukuran 20 m x 10 m.
4.    Mengidentifikasi jenis dan jumlah individu untuk semai dan pancang. Sedangkan untuk tiang dan pohon, selain dihitung jumlahnya juga diukur diameternya (diameter setinggi dada). Dan hasil pengukuran lapangan tersebut dicatat pada tally sheet. Dalam praktikum ini digunakan kriteria pertumbuhan sebagai berikut:
a.    Semai: anakan pohon mulai berkecambah sampai setinggi < 1,5 m.
b.    Pancang: anakan pohon yang tingginya ≥ 1,5 m sampai diamater < 7 cm.
c.    Tiang: pohon muda yang diameternya mulai 7 cm sampai > 20 cm
d.   Pohon: pohon dewasa berdiameter ≥ 20 cm.   
3.4. Analisis Data
            analisis data pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:
a.             Densitas (Kerapatan)





b.             Frekuensi




c.              Luas Penutup (Dominansi)

1). Jika berdasarkan luas penutupan tajuk, maka:





      2). Jika berdasarkan luas basal area atau luas bidang dasar, maka:




d.             Indek Nilai Penting

e.              Indeks Keanekaragaman




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
            Adapun hasil dari pengamatan yang dilakukan, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Analisis Vegetasi Hutan Alam Pada Tingkat Semai
Nama Jenisa
ni/N
Ln(ni/N)
H'
K
KR
F
FR
INP
B1.1
0,24138
-1,4214
0,34
5833,33
24,14
0,33
16,67
40,80
B1.2
0,34483
-1,0647
0,37
8333,33
34,48
0,33
16,67
51,15
B1.3
0,06897
-2,6741
0,18
1666,67
6,90
0,33
16,67
23,56
A4.1
0,10345
-2,2687
0,23
2500,00
10,34
0,33
16,67
27,01
A4.2
0,03448
-3,3673
0,12
833,33
3,45
0,33
16,67
20,11
A6.3
0,2069
-1,5755
0,33
5000,00
20,69
0,33
16,67
37,36
Jumlah
1
-12,372
1,57
24166,67
100,00
2,00
100,00
200,00
LUAS PLOT
0,0004

JMLH PLOT
3

TOTAL LUAS PLOT
0,0012





Tabel 2. Analisis Vegetasi Hutan Alam Pada Tingkat Pancang
Nama Jenisa
Jml Plot
Jmlh Indv
ni/N
Ln(ni/N)
H'
K
KR
F
FR
INP
A1.1
1
1
0,01235
-4,3944
0,05
833,33
1,23
0,33
11,11
12,35
A1.2
1
2
0,02469
-3,7013
0,09
1666,67
2,47
0,33
11,11
13,58
A1.3
1
1
0,01235
-4,3944
0,05
833,33
1,23
0,33
11,11
12,35
A1.4
1
1
0,01235
-4,3944
0,05
833,33
1,23
0,33
11,11
12,35
A1.5
1
1
0,01235
-4,3944
0,05
833,33
1,23
0,33
11,11
12,35
A1.6
1
4
0,04938
-3,0082
0,15
3333,33
4,94
0,33
11,11
16,05
A3.1
1
38
0,46914
-0,7569
0,36
31666,67
46,91
0,33
11,11
58,02
B6.4
1
16
0,19753
-1,6219
0,32
13333,33
19,75
0,33
11,11
30,86
Rumput
1
17
0,20988
-1,5612
0,33
14166,67
20,99
0,33
11,11
32,10
81
1
-28,227
1,46006
67500
100
3
100
200
LUAS PLOT
0,0004

JMLH PLOT
3

TOTAL LUAS PLOT
0,0012











Tabel 3. Analisis Vegetasi Hutan Alam Pada Tingkat Tiang
Nama Jenis
Jml Plot
Jmlh Indv
ni/N
Ln(ni/N)
H'
LBDS
K (inv/ha)
KR (%)
D (m2/ha)
DR %
F
FR
INP
A1.1
1
1
0,1
-2,3026
0,23026
62,3197
33,3333
10
2077,32
10,7745
0,33333
12,5
33,2745
A1.2
1
1
0,1
-2,3026
0,23026
127,212
33,3333
10
4240,38
21,9937
0,33333
12,5
44,4937
A1.3
1
1
0,1
-2,3026
0,23026
183,281
33,3333
10
6109,35
31,6875
0,33333
12,5
54,1875
A5.1
1
1
0,1
-2,3026
0,23026
66,8764
33,3333
10
2229,21
11,5623
0,33333
12,5
34,0623
A5.2
1
1
0,1
-2,3026
0,23026
45,1033
33,3333
10
1503,44
7,79794
0,33333
12,5
30,2979
A5.3
1
4
0,4
-0,9163
0,36652
93,6084
133,333
40
3120,28
16,184
0,33333
12,5
68,684
A6.1
1
1
0,1
-2,3026
0,23026
72,0445
33,3333
10
2401,48
12,4558
0,33333
12,5
34,9558
A6.2
1
1
0,1
-2,3026
0,23026
152,544
33,3333
10
5084,8
26,3735
0,33333
12,5
48,8735
9
1
-14,732
1,74807
333,333
110
19280
100
2,66667
100
265
LUAS PLOT
0,0004

JMLH PLOT
3

TOTAL LUAS PLOT
0,0012











Tabel 4. Analisis Vegetasi Hutan Alam Pada Tingkat Pohon
Nama Jenis
Jml Plot
Jmlh Indv
ni/N
Ln(ni/N)
H'
LBDS
K (inv/ha)
KR (%)
D (m2/ha)
DR %
F
FR
INP
Eha
3
8
0,5
-0,6931
0,34657
1605,21
266,667
66,6667
53506,9
67,8743
1
42,8571
177,398
Jambu mete
2
2
0,125
-2,0794
0,25993
530,66
66,6667
8,33333
17688,7
8,86308
0,66667
14,2857
31,4821
A1.1
2
2
0,125
-2,0794
0,25993
415,265
66,6667
8,33333
13842,2
9,08057
0,66667
14,2857
31,6996
A1.2
2
3
0,188
-1,674
0,31387
961,625
100
8,33333
32054,2
6,36688
0,66667
14,2857
28,9859
Nona
1
1
0,063
-2,7726
0,17329
1393,33
33,3333
8,33333
46444,2
7,81517
0,33333
14,2857
30,4342
16
     1
-9,4335
1,09955
400
100
20,1341
100
2,33333
100
300
TIM
0,01

Jumlah Plot
3

Total Luas Plot
0,03






















4.2.  Pembahasan
Komposisi tegakan dan tingkat penguasaan jenis vegetasi sangat berkaitan dengan persaingan pertumbuhan. Indikator tercapainya proses adaptibiliti untuk semua jenis vegetasi dalam pertumbuhannya akan menghasilkan komposisi tegakan dan tingkat penguasaan jenis vegetasi dengan pertumbuhan yang normal dari waktu ke waktu. Kondisi demikian akan tercapai jika tidak terjadi gangguan selama proses pertumbuhan dan perkembangan berlangsung.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum  ini yaitu pengamatan analisis vegetasi hutan alam di berbagai plot yang di buat. Untuk pengukuran tingkatan semai dilakukan pada plot 2 x 2, tingkatan pancang pada plot 5 x 5, tingkatan tiang pada pada plot 10 x 10 dan pada tingkatan pohon pengukuran di lakukan di plot 20 x 20. Tegakan semai dan pancang yang diamati hanya jumlah individu jenisnya sedangkan tekagan tiang dan pohon yang diamati jumlah individu jenis dan diameternya.
Pengamatan pertama dilakukan pada plot 2 x 2 untuk tingkatan semai,dengan jumlah plot di masing-masing jenis adalah 1. Untuk jenis B1.1 dengan jumlah sebanyak 7 individu, jenis B1.2 dengan jumlah individu sebanyak 10, jenis B1.3 dengan jumlah individu sebanyak 2, jenis A4.1 dengan jumlah individu sebanyak 3 jenis, jenis A4.2 dengan jumlah sebanyak 1 individu, jenis A4.3 dengan jumlah sebanyak 6 individu. Adapun jumlah total jenis pada plot 2 x 2 yaitu sebanyak 29 jenis individu.
Pengamatan selanjutnya dilakukan pada plot 5 x 5 untuk tingkatan pancang, dengan jumlah masing-masing jenis ialah 1. Untuk jenis A1.1 dengan jumlah sebanyak 1 individu, jenis A1.2 dengan jumlah individu sebanyak 2, jenis A1.3 dengan jumlah individu sebanyak 1, jenis A1.4 dengan jumlah sebanyak 1 individu, jenis A1.5 dengan jumlah sebanyak 1 individu, jenis A1.6 dengan jumlah sebanyak 6 individu, jenis A3.1 dengan jumlah sebanyak 38 individu, jenis B6.4 dengan jumlah sebanyak 16 individu, dan untuk jenis rumput dengan jumlah sebanyak 17 individu. Adapun jumlah total jenis pada plot 5 x 5 yaitu sebanyak 81 jenis individu.
Pengamatan selanjutnya dilakukan pada plot 10 x 10 untuk tingkatan tekagan tiang, dengan jumlah masing-masing jenis ialah 1. Untuk jenis A1.1 dengan jumlah sebanyak 1 individu, jenis A1.2 dengan jumlah individu sebanyak 1, jenis A1.3 dengan jumlah individu sebanyak 1, jenis A5.1 dengan jumlah sebanyak 1 individu, jenis A5.2 dengan jumlah sebanyak 1 individu, jenis A5.3 dengan jumlah sebanyak 4 individu, jenis A6.1 dengan jumlah sebanyak 1 individu, dan untuk jenis A6.2 dengan jumlah sebanyak 1 individu. Adapun jumlah total jenis pada plot 10 x 10 yaitu sebanyak 9  jenis individu.
Pengamatan terakhir dilakukan pada plot 20 x 20 untuk tingkatan tegakan tiang, untuk jenis Eha dengan jumlah sebanyak 8 individu dengan jumlahnya ialah 3 plot, jenis Jambu Mete dengan jumlah individu sebanyak 2 dengan jumlahnya ialah 2 plot, jenis A1.1 dengan jumlah individu sebanyak 2 dengan jumlahnya ialah 2 plot, jenis A1.2 dengan jumlah sebanyak 3 individu dengan jumlahnya ialah 2 plot, dan untuk jenis Nona dengan jumlah sebanyak 1 individu dengan jumlahnya ialah 1 plot. Adapun jumlah total jenis pada plot 20 x 20 yaitu sebanyak 16  jenis individu.
V.  PENUTUP
5.1. Kesimpulan
            Kesimpulan pada praktikum  ini yaitu jenis yang ada pada plot 2 x 2 yaitu dengan jumlah plot masing-masing jenisnya ialah 1. Pada plot 5 x 5 yaitu dengan jumlah plot masing-masing jenisnya ialah 1. Pada plot 10 x 10 yaitu dengan jumlah plot masing-masing jenisnya ialah 1. Sedangkan pada plot 20 x 20  yaitu Eha dengan jumlah plot ialah 3,  Jambu Mete dengan jumah plotnya ialah 2, A1.1 dengan jumah plotnya ialah2, A1.2 dengan jumah plotnya ialah 2 dan Nona dengan jumah plotnya ialah 1.
5.2. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan pada praktikum ini agar informasi-informasi penting pada pelaksanaan praktikum ini disampaikan dengan cepat agar para praktikan dan asisten tidak melakukan pengukuran yang tidak di praktekkan.






DAFTAR PUSTAKA
Dahir. 2012.  Struktur dan Komposisi Vegetasi Tumbuhan Bawah (Semak, Herba, Dan Rumput) Dengan Variasi Ketinggian, Pada Naungan Tectona Grandis L.F, di Desa Selopamioro, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.. Uniersitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Hamidun, M.S dan Baderan, D.W.K. 2014.  Habitat, Niche dan Jasa Lingkungan Penyusun Utama Vegetasi Kawasan Hutan Nantu Boliyohuto. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.

Isa, Y. 2015. Struktur Vegetasi Tingkat Pohon Di Dataran Rendah Suaka Margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Mustian. 2009. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Pada Tanah Ultrabasa di Areal Konsesi Pt. Inco Tbk. Sebelum Penambangan Propinsi Sulawesi Selatan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nugroho, A.S., Anis, T dan Ulfah, M. 2015. Analisis Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Berbuah di Hutan Lindung Surokonto, Kendal, Jawa Tengah Dan Potensinya Sebagai Kawasan Konservasi Burung. Jurnal Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. Universitas Pgri Semarang. Jawa Tengah. Vol. 1(3). Hal 472-476.

Suwardi, A.B., Mukhtar, E dan Syamsuardi. 2013. Komposisi Jenis dan Cadangan Karbon di Hutan Tropis Dataran Rendah, Ulu Gadut, Sumatera Barat.  Jurnal Berita Biologi. Universitas Andalas Padang. Padang. Vo.l 12(2). Hal 169.

Tudjuka, K., Ningsih, S dan Toknok B. 2014. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat Pada Kawasan Hutan Lindung Di Desa Tindoli Kecamatan Pamona Tenggara Kabupaten Poso. Jurnal Warta Rimba. Universitas Tadulako. Sulawesi Tengah. Vol 2(1). Hal. 120-128.

Tulalessy, A.H. 2011. Potensi Flora Di Kabupaten Seram Bagian Barat.  Universitas Pattimura Ambon. Ambon.Vol. 1(1).
Verrawaty dan Rosmini. 2013. Tinjauan Hukum Terhadap Dampak Aktifitas Usaha Dikawasan Taman Hutan Raya Bukit Soehato. Jurnal Beraja Niti. Universitas Mulawarman. Bandung. Vol. 2(10).Hal 5.