I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ekosistem merupakan
sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungan yang saling mempengaruhi. Hubungan
ini dikatakan suatu sistem karena memiliki komponen komponen dengan fungsi berbeda yang
terkoordinasi dengan baik sehingga
masing-masing komponen terjadi hubungan timbal balik. Komponen-komponen penting
dalam ekosistem adalah komponen abiotik (komponen makhluk hidup) dan komponen
abiotik (komponen benda mati). Komponen
biotik misalnya hewan, tumbuhan dan mikroba, sedangkan komponen abiotik misalnya air, udara, tanah,
dan energi.
Tumbuhan bawah merupakan vegetasi yang menempati
lapisan bawah suatu komunitas pohon. Komunitas pohon tersebut dapat berupa
hutan alam, hutan tanaman atau suatu bidang kehutanan yang lain. Tumbuhan bawah
dapat menimbulkan kerugian, tetapi ada pula manfaatnya. Tumbuhan bawah
mempunyai kemampuan menahan aliran permukaan sehingga tingkat erosi akan lebih
rendah. Tumbuhan bawah menyediakan bahan organik, sehingga menciptakan iklim
mikro yang baik bagi serangga pengurai.
Studi komposisi vegetasi tumbuhan bawah memerlukan bantuan dari studi
tingkat populasi atau jenis. Hal ini dapat dimengerti karena struktur dan komposisi
jenis suatu komunitas dipengaruhi oleh hubungan yang terjadi dalam komunitas.
Vegetasi tumbuhan bawah juga merupakan salah satu komponen ekosistem yang dapat
menggambarkan pengaruh dari kondisi- kondisi faktor lingkungan yang mudah
diukur dan nyata. Ada dua cara dalam mengkaji vegetasi, yaitu dengan mendeskripsikan
dan menganalisis, masing- masing dengan berbagai konsep pendekatan yang
berlainan.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum analisis
kenekaragaman tumbuhan bawah untuk mengetahui komposisi vegetasi tumbuhan bawah
tingkat jenis di kebun raya UHO.
1.2. Tujuan Praktikum
Praktikum
ini bertujuan untuk menghitung dan mempelajari keanekaragaman tumbuhan bawah
pada tingkat jenis.
1.3. Manfaat Praktikum
Manfaat
dari praktikum ini agar dapat menghitung dan mempelajari keanekaragaman
tumbuhan bawah pada tingkat jenis.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Hutan
Hutan merupakan salah satu habitat dari
berbagai jenis organisme yang merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dan lainnya tidak dapat dipisahkan
(UU No. 41/1999 tentang Kehutanan). Salah satu penyusun hutan adalah vegetasi,
yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada satu
tempat di mana antara individu-individu penyusunnya terdapat interaksi yang
erat, baik di antara tumbuhtumbuhan maupun dengan hewan hewan yang hidup dalam
vegetasi dan lingkungan tersebut (Hamidun dan Baderan, 2014).
Hutan tropis dataran rendah merupakan
salah satu tipe ekosistem hutan yang mendominasi sebagian besar wilayah daratan
di Sumatera. Hutan dataran rendah Sumatera memiliki kekayaan hayati yang
tinggi. Hutan tropis dataran rendah memiliki peranan penting sebagai sumber
kayu, cadangan plasma nutfah, sumber bahan obat-obatan dan sebagai penyedia
jasa lingkungan seperti pengatur sistem tata air, pencegah erosi, pengontrol
pola iklim dan penyimpan karbon
(Suwardi
et al., 2013).
Hutan merupakan salah
satu habitat dari berbagai jenis organisme yang merupakan suatu kesatuan
ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dan lainnya tidak
dapat dipisahkan (UU No. 41/1999 tentang Kehutanan). Salah satu penyusun hutan
adalah vegetasi, yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh
bersama-sama pada satu tempat di mana antara individu-individu penyusunnya
terdapat interaksi yang erat, baik di antara tumbuhtumbuhan maupun dengan hewan
hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut (Verrawaty dan Rosmini,
2013).
2.2. Komposisi Vegetasi
Vegetasi adalah kumpulan dari beberapa
jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada suatu tempat membentuk suatu
kesatuan dimana individu-individunya saling tergantung satu sama lain yang
disebut sebagai komunitas tumbuh-tumbuhan. Meskipun secara umum kehadiran
vegetasi pada suatu area memberikan
dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan
komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu (Isa, 2015).
Komposisi tegakan dan tingkat penguasaan
jenis vegetasi sangat berkaitan dengan persaingan pertumbuhan. Indikator
tercapainya proses adaptibiliti untuk semua jenis vegetasi dalam pertumbuhannya
akan menghasilkan komposisi tegakan dan tingkat penguasaan jenis vegetasi
dengan pertumbuhan yang normal dari waktu ke waktu. Kondisi demikian akan
tercapai jika tidak terjadi gangguan selama proses pertumbuhan dan perkembangan
berlangsung (Tulalessy, 2012).
Tumbuhan bawah dapat menimbulkan
kerugian, tetapi ada pula manfaatnya. Studi komposisi vegetasi tumbuhan bawah
memerlukan bantuan dari studi tingkat populasi atau jenis. Hal ini dapat
dimengerti karena struktur dan komposisi jenis suatu komunitas dipengaruhi oleh
hubungan yang terjadi dalam komunitas. Vegetasi tumbuhan bawah juga merupakan
salah satu komponen ekosistem yang dapat menggambarkan pengaruh dari
kondisikondisi faktor lingkungan yang mudah diukur dan nyata. Ada dua cara
dalam mengkaji vegetasi, yaitu dengan mendsskripsikan dan menganalisis,
masingmasing dengan berbagai konsep pendekatan yang berlainan (Dahir, 2012).
2.3.
Keanekaragaman Tumbuhan
Keanekaragaman hayati (biological
diversity) atau sering disebut dengan biodiversity merupakan suatu
istilah untuk menyatakan tingkat keanekaragaman sumber daya alam hayati yang
meliputi kelimpahan atau penyebaran dari ekosistem, jenis dan
genetikkeanekaragaman hayati tumbuhan dapat dilihat dari nilai kerapatan,
frekuensi, dominansi, INP (indeks nilai penting), dan indeks kemerataan, indeks
kekayaan margalef, indeks keragaman shanon-wiener, indeks dominansi dan indeks
kesamaan komunitas (Mustian, 2009).
Keanekaragaman hayati
yang tinggi menunjukkan bahwa dalam
komunitas tersebut memiliki kompleksitas
tinggi dan akan terjadi interaksi spesies yang melibatkan transfer energi atau jaring makanan,
predasi, pembagian relung yang
secara teoritis lebih kompleks dan lebih stabil. Keanekaragaman jenis dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas yaitu kemampuan
suatu komunitas untuk menjaga
dirinya tetap stabil walaupun terdapat gangguan
terhadap komponen-komponennya (Nugroho dan Ulfah, 2015).
Adanya
perbedaan tingkat keanekaragaman jenis tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu stres lingkungan, lingkungan
yang ekstrem, seperti sumber air panas, daerah beragam, puncak gunung,
merupakan habitat yang penuh dengan stress. Hanya beberapa jenis tumbuhan yang
mampu bertahan di habitat tersebut. Luas areal Semakin luas areal, biasanya
keanekaragaman jenis yang ada semakin tinggi. Secara umum hubungan antara luas
dan kekayaan jenis dapat digambarkan dengan rumus. Heterogenitas habitat habitat
yang heterogan mempunyai banyak habitat mikro di dalamnya yang masing-masing
dikuasai jenis tumbuhan tertentu. Oleh karena itu semakin heterogen habitat
semakin banyak jenis yang mampu hidup di dalamnya (Tudjuka, 2014).
III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini di
laksanakan dilaksanakan pada hari Senin, 26 Desember 2016 Pukul 08.00 WITA.
Bertempat di Kebun Raya Universitas Halu Oleo Kendari, Sulawesi Tenggara.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum
ini adalah ekosistem hutan
dan ekosistem non-hutan (savana) yang akan diamati.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah meteran
20 meter dan 1 meter, patok, tali rafia, counter dan petunjuk pengenalan jenis
tumbuhan bawah.
3.3. Prosedur Kerja
Prosedur
kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Membuat petak contoh pengamatan dengan ukuran 1 m x 5 m
di masing-masing ekosistem yang akan diamati. Untuk memudahkan pengukuran dan
pengamatan, petak contoh tersebut dibagi lagi menjadi 1 m x 1 m.
2. Menghitung banyaknya jenis dan banyaknya individu-individu
setiap jenis yang ada.
3.
Jenis dan individu yang dihitung adalah tumbuhan yang
sudah tumbuh lengkap (dapat diidentifikasi).
3.4. Analisis Data
Data
yang diperoleh di setiap petak contoh dianalisis dengan menggunakan formula:
A.
Indeks kekayaan dari
margalef
R1
= (S – 1) / ln (n)
keterangan :
R1 = Indeks Margalef
S = jumlah jenis
n = jumlah total individu
B. Indeks
keanekaragaman dari shannon-Wieners
Keterangan:
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener
S = jumlah jenis
ni = jumlah individu jenis ke-i
N = Total seluruh individu
C. Indeks
kemerataan
E = H’ / ln (s)
keterangan:
E = Indeks kemerataan
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener
S = jumlah jenis
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun
hasil dari pengamatan analisis vegetasi tanaman bawah dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 1.
Ekosistem Savana
Nama Jenis
|
Jml Indv
|
Plot
|
ni/N
|
ln(ni/N)
|
H'
|
Beri-beri
|
7
|
1
|
0,019337
|
-3,94573
|
0,076299
|
Proteaceae
|
18
|
1
|
0,049724
|
-3,00127
|
0,149235
|
A2
|
8
|
1
|
0,022099
|
-3,8122
|
0,084248
|
A3
|
3
|
1
|
0,008287
|
-4,79303
|
0,039721
|
Lumut
|
58
|
1
|
0,160221
|
-1,8312
|
0,293397
|
Paku-pakuan
|
22
|
1
|
0,060773
|
-2,8006
|
0,170202
|
Komba-komba
|
13
|
2
|
0,035912
|
-3,32669
|
0,119467
|
B2
|
1
|
2
|
0,002762
|
-5,89164
|
0,016275
|
Proteaceae
|
16
|
2
|
0,044199
|
-3,11906
|
0,137859
|
Beri-beri
|
7
|
2
|
0,019337
|
-3,94573
|
0,076299
|
Paku-pakuan
|
100
|
2
|
0,276243
|
-1,28647
|
0,35538
|
Proteaceae
|
8
|
3
|
0,022099
|
-3,8122
|
0,084248
|
Beri-beri
|
2
|
3
|
0,005525
|
-5,1985
|
0,028721
|
alang-alang
|
18
|
3
|
0,049724
|
-3,00127
|
0,149235
|
D1
|
4
|
4
|
0,01105
|
-4,50535
|
0,049783
|
Paku-pakuan
|
53
|
4
|
0,146409
|
-1,92135
|
0,281303
|
Beri-beri
|
3
|
4
|
0,008287
|
-4,79303
|
0,039721
|
D3
|
14
|
4
|
0,038674
|
-3,25259
|
0,125791
|
Beri-beri
|
7
|
5
|
0,019337
|
-3,94573
|
0,076299
|
Jumlah
|
362
|
1
|
2,35348
|
||
LN
|
5,891644212
|
||||
R1
|
0,678927623
|
||||
E'
|
1,462299437
|
||||
Luas Plot
|
0,0001
|
||||
Jumlah Plot
|
5
|
||||
Total Luas Plot
|
0,0005
|
Tabel 1.2.
Ekosistem hutan alam
Nama Jenis
|
Jml Indv
|
Plot
|
ni/N
|
ln(ni/N)
|
H'
|
A2.1
|
1
|
1
|
0,055556
|
-2,89037
|
0,160576
|
B2.1
|
3
|
2
|
0,166667
|
-1,79176
|
0,298627
|
C2.1
|
4
|
3
|
0,222222
|
-1,50408
|
0,334239
|
C2.2
|
3
|
3
|
0,166667
|
-1,79176
|
0,298627
|
D1.1
|
1
|
4
|
0,055556
|
-2,89037
|
0,160576
|
D2.2
|
2
|
4
|
0,111111
|
-2,19722
|
0,244136
|
E2.1
|
3
|
5
|
0,166667
|
-1,79176
|
0,298627
|
E2.2
|
1
|
5
|
0,055556
|
-2,89037
|
0,160576
|
Jumlah
|
18
|
1
|
1,955984
|
||
LN
|
2,890372
|
||||
R1
|
1,383905
|
||||
E
|
1,215321
|
||||
Luas Plot
|
0,0001
|
||||
Jumlah Plot
|
5
|
||||
Total Luas Plot
|
0,0005
|
4.2. Pembahasan
Tumbuhan bawah merupakan vegetasi yang menempati
lapisan bawah suatu komunitas pohon. Komunitas pohon tersebut dapat berupa
hutan alam, hutan tanaman atau suatu bidang kehutanan yang lain. Tumbuhan bawah
dapat menimbulkan kerugian, tetapi ada pula manfaatnya. Tumbuhan bawah
mempunyai kemampuan menahan aliran permukaan sehingga tingkat erosi akan lebih
rendah. Tumbuhan bawah menyediakan bahan organik, sehingga menciptakan iklim
mikro yang baik bagi serangga pengurai.
Berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan diketahui bahwa praktikum ini digunakan plot 1 x 1 sebanyak 5
plot di hutan savana dan di hutan alam.
Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui dan membedakan jenis dan keragaman individu di masing-masing ekoistem hutan yang berbeda.
Pada hutan savana jenis tumbuhan yang mendominasi
ekosistem ini yaitu jenis paku-pakuan sebanyak 175 individu dengan 11 jenis tumbuhan yang berbeda-beda.
Indeks
Margalef pada ekosistem savanna sebesar 0,678927623, dengan indeks kemerataan
sebesar 1,462299437. Jumlah
keseluruhan pada ekosistem hutan alam sebesar 362 jenis individu.
Pada hutan alam jenis
tumbuhan yang mendominasi ekosistem ini yaitu jenis C2.1 dengan jumlah individu
sebanyak 4 jenis dengan 11 jenis
tumbuhan yang berbeda-beda. dengan jumlah
keseluruhan pada ekosistem hutan alam sebesar 18 jenis individu. Margalef pada ekosistem
savanna sebesar 1,38391, dengan indeks kemerataan sebesar 1,21532.18 individu.
Pada hutan alam keanekaragam jumlah
dan jenisnya lebih rendah di bandingkan hutan savana karena pada hutan savanna
di tumbuhi tumbuhan yang pertumbuhannya dan penyebarannya relatif cepat hal ini
karena tumbuhan ini suka pada lahan yang
kebutuhan cahaya penuh serta perebutan unsur haranya tidak begitu besar
dibandinkan dengan ekosistem hutan alam yang perebutan makanannya tinggi
sehingga tanaman bawah makanan yang diperoleh sedikit dan pertumbuhan tanaman
bawah pada hutan alam lebih lama. Sehingga jumlah jenis individu pada hutan
savanna lebih banyak.
V. PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum ini bahwa, pada hutan savana
jenis tumbuhan yang mendominasi ekosistem ini yaitu jenis paku-pakuan sebanyak
175 individu dengan 11 jenis tumbuhan
yang berbeda-beda. Pada hutan alam jenis tumbuhan yang mendominasi ekosistem ini yaitu jenis
C2.1 dengan jumlah individu sebanyak 4 jenis dengan 11 jenis tumbuhan yang berbeda-beda. Hal ini
berarti bahwa kenekaragaman jenis dan jumlah pada hutan savanna lebih besar di
bandingkan hutan alam.
5.2. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan agar pada praktikum selangjutnya
praktikan tidak melakukan gangguan pada plot yang telah di buat agar tidak adanya tumbuhan yang terinjak.
DAFTAR PUSTAKA
Dahir. 2012. Struktur dan Komposisi Vegetasi Tumbuhan
Bawah (Semak, Herba, Dan Rumput) Dengan Variasi Ketinggian, Pada Naungan Tectona Grandis L.F, di Desa
Selopamioro, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.. Uniersitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga. Yogyakarta.
Hamidun,
M.S dan Baderan, D.W.K. 2014. Habitat,
Niche dan Jasa Lingkungan
Penyusun Utama Vegetasi Kawasan Hutan Nantu Boliyohuto. Universitas Negeri
Gorontalo. Gorontalo.
Isa, Y. 2015. Struktur Vegetasi Tingkat
Pohon Di Dataran Rendah Suaka Margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Mustian. 2009.
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Pada Tanah Ultrabasa di Areal Konsesi Pt. Inco
Tbk. Sebelum Penambangan Propinsi Sulawesi Selatan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Nugroho, A.S., Anis, T dan Ulfah, M. 2015. Analisis Keanekaragaman Jenis Tumbuhan
Berbuah di Hutan Lindung Surokonto, Kendal, Jawa Tengah Dan Potensinya Sebagai
Kawasan Konservasi Burung. Jurnal Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. Universitas Pgri Semarang. Jawa
Tengah. Vol. 1(3). Hal 472-476.
Suwardi, A.B., Mukhtar, E dan Syamsuardi. 2013. Komposisi Jenis dan Cadangan Karbon di Hutan
Tropis Dataran Rendah, Ulu Gadut, Sumatera Barat. Jurnal Berita Biologi. Universitas
Andalas Padang. Padang. Vo.l 12(2). Hal 169.
Tudjuka,
K., Ningsih, S dan Toknok B. 2014. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat Pada
Kawasan Hutan Lindung Di Desa Tindoli Kecamatan Pamona Tenggara Kabupaten Poso. Jurnal Warta Rimba. Universitas
Tadulako. Sulawesi Tengah. Vol 2(1). Hal.
120-128.
Tulalessy, A.H. 2011. Potensi Flora Di Kabupaten Seram Bagian Barat. Universitas Pattimura Ambon. Ambon.Vol. 1(1).
Verrawaty
dan Rosmini. 2013. Tinjauan Hukum
Terhadap Dampak Aktifitas Usaha Dikawasan Taman Hutan Raya Bukit Soehato. Jurnal
Beraja Niti. Universitas Mulawarman. Bandung. Vol. 2(10).Hal 5.
Slot Machine - Chasing Casinos
BalasHapusLooking for Slot Machine Games งานออนไลน์ to Play Online for Real Money? Choosing Slot 샌즈카지노 Machines for Real Money Online Casinos. We provide our players with everything you need choegocasino to