I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Analisis vegetasi hutan merupakan studi untuk mengetahui komposisi dan
struktur hutan. Kegiatan analisis vegetasi pada dasarnya ada dua macam metode
dengan petak dan tanpa petak. Salah satu metode dengan petak yang banyak
digunakan adalah kombinasi antara metode jalur (untuk risalah pohon) dengan
metode garis petak (untuk risalah permudaan).
Komunitas tumbuhan atau vegetasi
mempunyai peranan penting dalam ekosistem.
Kehadiran vegetasi pada suatu kawasan
akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan
ekosistem dalam skala lebih luas. Vegetasi
berperan penting dalam ekosistem terkait dengan
pengaturan keseimbangan karbodioksida
dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia, biologis tanah dan pengaturan tata air dalam tanah. Secara umum
vegetasi memberikan dampak positifnterhadap ekosistem, tetapi pengaruhnyabervariasi
tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada setiap
kawasan.
Analisis vegetasi dapat dilakukan dengan dua macam metode yaitu metode dengan
petak dan tanpa petak. Parameter-parameter
vegetasi dalam metode petak kuadrat antara lain : kerapatan jenis,
frekuensi jenis,dom inasi jenis, dan INP.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan
praktikum analisis vegetasi hutan alam untuk mengetahui komposisi jenis dan struktur hutan alam di Kebun Raya UHO.
1.2.
Tujuan
Praktikum
Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis dan struktur hutan alam.
1.3.
Manfaat Praktikum
Manfaat pada praktikum ini agar
dapat mengetahui komposisi jenis dan struktur hutan alam.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Hutan
Hutan merupakan salah satu habitat dari
berbagai jenis organisme yang merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dan lainnya tidak dapat dipisahkan
(UU No. 41/1999 tentang Kehutanan). Salah satu penyusun hutan adalah vegetasi,
yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada satu
tempat di mana antara individu-individu penyusunnya terdapat interaksi yang
erat, baik di antara tumbuhtumbuhan maupun dengan hewan hewan yang hidup dalam
vegetasi dan lingkungan tersebut (Hamidun dan Baderan, 2014).
Hutan tropis dataran rendah merupakan
salah satu tipe ekosistem hutan yang mendominasi sebagian besar wilayah daratan
di Sumatera. Hutan dataran rendah Sumatera memiliki kekayaan hayati yang
tinggi. Hutan tropis dataran rendah memiliki peranan penting sebagai sumber
kayu, cadangan plasma nutfah, sumber bahan obat-obatan dan sebagai penyedia
jasa lingkungan seperti pengatur sistem tata air, pencegah erosi, pengontrol
pola iklim dan penyimpan karbon
(Suwardi
et al., 2013).
Hutan merupakan salah
satu habitat dari berbagai jenis organisme yang merupakan suatu kesatuan
ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dan lainnya tidak
dapat dipisahkan (UU No. 41/1999 tentang Kehutanan). Salah satu penyusun hutan
adalah vegetasi, yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh
bersama-sama pada satu tempat di mana antara individu-individu penyusunnya
terdapat interaksi yang erat, baik di antara tumbuhtumbuhan maupun dengan hewan
hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut (Verrawaty dan Rosmini,
2013).
2.2. Komposisi Vegetasi
Vegetasi adalah kumpulan dari beberapa
jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada suatu tempat membentuk suatu
kesatuan dimana individu-individunya saling tergantung satu sama lain yang
disebut sebagai komunitas tumbuh-tumbuhan. Meskipun secara umum kehadiran
vegetasi pada suatu area memberikan
dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan
komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu (Isa, 2015).
Komposisi tegakan dan tingkat penguasaan
jenis vegetasi sangat berkaitan dengan persaingan pertumbuhan. Indikator
tercapainya proses adaptibiliti untuk semua jenis vegetasi dalam pertumbuhannya
akan menghasilkan komposisi tegakan dan tingkat penguasaan jenis vegetasi
dengan pertumbuhan yang normal dari waktu ke waktu. Kondisi demikian akan
tercapai jika tidak terjadi gangguan selama proses pertumbuhan dan perkembangan
berlangsung (Tulalessy, 2012).
Tumbuhan bawah dapat menimbulkan
kerugian, tetapi ada pula manfaatnya. Studi komposisi vegetasi tumbuhan bawah
memerlukan bantuan dari studi tingkat populasi atau jenis. Hal ini dapat
dimengerti karena struktur dan komposisi jenis suatu komunitas dipengaruhi oleh
hubungan yang terjadi dalam komunitas. Vegetasi tumbuhan bawah juga merupakan
salah satu komponen ekosistem yang dapat menggambarkan pengaruh dari
kondisikondisi faktor lingkungan yang mudah diukur dan nyata. Ada dua cara
dalam mengkaji vegetasi, yaitu dengan mendsskripsikan dan menganalisis,
masingmasing dengan berbagai konsep pendekatan yang berlainan (Dahir, 2012).
2.3.
Keanekaragaman Tumbuhan
Keanekaragaman hayati (biological
diversity) atau sering disebut dengan biodiversity merupakan suatu
istilah untuk menyatakan tingkat keanekaragaman sumber daya alam hayati yang
meliputi kelimpahan atau penyebaran dari ekosistem, jenis dan genetikkeanekaragaman
hayati tumbuhan dapat dilihat dari nilai kerapatan, frekuensi, dominansi, INP
(indeks nilai penting), dan indeks kemerataan, indeks kekayaan margalef, indeks
keragaman shanon-wiener, indeks dominansi dan indeks kesamaan komunitas (Mustian,
2009).
Keanekaragaman hayati
yang tinggi menunjukkan bahwa dalam
komunitas tersebut memiliki kompleksitas
tinggi dan akan terjadi interaksi spesies yang melibatkan transfer energi atau jaring makanan,
predasi, pembagian relung yang
secara teoritis lebih kompleks dan lebih stabil. Keanekaragaman jenis dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas yaitu kemampuan
suatu komunitas untuk menjaga
dirinya tetap stabil walaupun terdapat gangguan
terhadap komponen-komponennya (Nugroho dan Ulfah, 2015).
Adanya
perbedaan tingkat keanekaragaman jenis tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu stres lingkungan, lingkungan
yang ekstrem, seperti sumber air panas, daerah beragam, puncak gunung,
merupakan habitat yang penuh dengan stress. Hanya beberapa jenis tumbuhan yang
mampu bertahan di habitat tersebut. Luas areal Semakin luas areal, biasanya
keanekaragaman jenis yang ada semakin tinggi. Secara umum hubungan antara luas
dan kekayaan jenis dapat digambarkan dengan rumus. Heterogenitas habitat habitat
yang heterogan mempunyai banyak habitat mikro di dalamnya yang masing-masing
dikuasai jenis tumbuhan tertentu. Oleh karena itu semakin heterogen habitat
semakin banyak jenis yang mampu hidup di dalamnya (Tudjuka, 2014).
III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini di
laksanakan dilaksanakan pada hari Senin, 26 Desember 2016 Pukul 08.00 WITA.
Bertempat di Kebun Raya Universitas Halu Oleo Kendari, Sulawesi Tenggara.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ekosistem hutan alam yang akan diamati
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah peta
lokasi, peta kerja dan/atau peta penutupan lahan (peta penafsiran vegetasi),
patok dengan tinggi 1 meter, kompas, haga
meter, meteran 20 meter atau 10
meter, tali rafia 60 meter, pita meter 100 cm, perlengakapan herbarium untuk
metoda basah dan tally sheet serta alat-alat tulis.
3.3. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum “Analisis Vegetasi Hutan
Alam” ini yaitu sebagai berikut:
1. Membuat regu kerja, setiap regu beranggotakan 6 - 10 orang.
2. Menentukan lokasi jalur (unit contoh) diatas peta,
panjang masing-masing jalur ditentukan berdasarkan lebar hutan. Jalur dibuat dengan arah tegak lurus kontur.
3.
Menentukan unit contoh jalur dengan desain 3 petak masing petak berukuran
20 m x 10 m.
4.
Mengidentifikasi jenis dan jumlah individu untuk semai dan pancang.
Sedangkan untuk tiang dan pohon, selain dihitung jumlahnya juga diukur
diameternya (diameter setinggi dada). Dan hasil pengukuran lapangan tersebut
dicatat pada tally sheet. Dalam praktikum ini digunakan kriteria pertumbuhan
sebagai berikut:
a.
Semai: anakan pohon
mulai berkecambah sampai setinggi < 1,5 m.
b.
Pancang: anakan pohon
yang tingginya ≥ 1,5 m sampai diamater < 7 cm.
c.
Tiang: pohon muda yang
diameternya mulai 7 cm sampai > 20 cm
d.
Pohon: pohon dewasa
berdiameter ≥ 20 cm.
3.4.
Analisis Data
analisis
data pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:
a.
Densitas
(Kerapatan)
b.
Frekuensi
c.
Luas
Penutup (Dominansi)
1). Jika berdasarkan luas
penutupan tajuk, maka:
2). Jika berdasarkan luas basal area atau
luas bidang dasar, maka:
d.
Indek
Nilai Penting
e.
Indeks
Keanekaragaman
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun
hasil dari pengamatan yang dilakukan, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel
1. Analisis Vegetasi Hutan Alam Pada Tingkat Semai
Nama Jenisa
|
ni/N
|
Ln(ni/N)
|
H'
|
K
|
KR
|
F
|
FR
|
INP
|
B1.1
|
0,24138
|
-1,4214
|
0,34
|
5833,33
|
24,14
|
0,33
|
16,67
|
40,80
|
B1.2
|
0,34483
|
-1,0647
|
0,37
|
8333,33
|
34,48
|
0,33
|
16,67
|
51,15
|
B1.3
|
0,06897
|
-2,6741
|
0,18
|
1666,67
|
6,90
|
0,33
|
16,67
|
23,56
|
A4.1
|
0,10345
|
-2,2687
|
0,23
|
2500,00
|
10,34
|
0,33
|
16,67
|
27,01
|
A4.2
|
0,03448
|
-3,3673
|
0,12
|
833,33
|
3,45
|
0,33
|
16,67
|
20,11
|
A6.3
|
0,2069
|
-1,5755
|
0,33
|
5000,00
|
20,69
|
0,33
|
16,67
|
37,36
|
Jumlah
|
1
|
-12,372
|
1,57
|
24166,67
|
100,00
|
2,00
|
100,00
|
200,00
|
LUAS PLOT
|
0,0004
|
|||||||
JMLH PLOT
|
3
|
|||||||
TOTAL LUAS PLOT
|
0,0012
|
Tabel 2. Analisis
Vegetasi Hutan Alam Pada Tingkat Pancang
Nama Jenisa
|
Jml Plot
|
Jmlh Indv
|
ni/N
|
Ln(ni/N)
|
H'
|
K
|
KR
|
F
|
FR
|
INP
|
A1.1
|
1
|
1
|
0,01235
|
-4,3944
|
0,05
|
833,33
|
1,23
|
0,33
|
11,11
|
12,35
|
A1.2
|
1
|
2
|
0,02469
|
-3,7013
|
0,09
|
1666,67
|
2,47
|
0,33
|
11,11
|
13,58
|
A1.3
|
1
|
1
|
0,01235
|
-4,3944
|
0,05
|
833,33
|
1,23
|
0,33
|
11,11
|
12,35
|
A1.4
|
1
|
1
|
0,01235
|
-4,3944
|
0,05
|
833,33
|
1,23
|
0,33
|
11,11
|
12,35
|
A1.5
|
1
|
1
|
0,01235
|
-4,3944
|
0,05
|
833,33
|
1,23
|
0,33
|
11,11
|
12,35
|
A1.6
|
1
|
4
|
0,04938
|
-3,0082
|
0,15
|
3333,33
|
4,94
|
0,33
|
11,11
|
16,05
|
A3.1
|
1
|
38
|
0,46914
|
-0,7569
|
0,36
|
31666,67
|
46,91
|
0,33
|
11,11
|
58,02
|
B6.4
|
1
|
16
|
0,19753
|
-1,6219
|
0,32
|
13333,33
|
19,75
|
0,33
|
11,11
|
30,86
|
Rumput
|
1
|
17
|
0,20988
|
-1,5612
|
0,33
|
14166,67
|
20,99
|
0,33
|
11,11
|
32,10
|
81
|
1
|
-28,227
|
1,46006
|
67500
|
100
|
3
|
100
|
200
|
||
LUAS PLOT
|
0,0004
|
|||||||||
JMLH PLOT
|
3
|
|||||||||
TOTAL LUAS PLOT
|
0,0012
|
Tabel 3. Analisis
Vegetasi Hutan Alam Pada Tingkat Tiang
Nama Jenis
|
Jml Plot
|
Jmlh Indv
|
ni/N
|
Ln(ni/N)
|
H'
|
LBDS
|
K (inv/ha)
|
KR (%)
|
D (m2/ha)
|
DR %
|
F
|
FR
|
INP
|
A1.1
|
1
|
1
|
0,1
|
-2,3026
|
0,23026
|
62,3197
|
33,3333
|
10
|
2077,32
|
10,7745
|
0,33333
|
12,5
|
33,2745
|
A1.2
|
1
|
1
|
0,1
|
-2,3026
|
0,23026
|
127,212
|
33,3333
|
10
|
4240,38
|
21,9937
|
0,33333
|
12,5
|
44,4937
|
A1.3
|
1
|
1
|
0,1
|
-2,3026
|
0,23026
|
183,281
|
33,3333
|
10
|
6109,35
|
31,6875
|
0,33333
|
12,5
|
54,1875
|
A5.1
|
1
|
1
|
0,1
|
-2,3026
|
0,23026
|
66,8764
|
33,3333
|
10
|
2229,21
|
11,5623
|
0,33333
|
12,5
|
34,0623
|
A5.2
|
1
|
1
|
0,1
|
-2,3026
|
0,23026
|
45,1033
|
33,3333
|
10
|
1503,44
|
7,79794
|
0,33333
|
12,5
|
30,2979
|
A5.3
|
1
|
4
|
0,4
|
-0,9163
|
0,36652
|
93,6084
|
133,333
|
40
|
3120,28
|
16,184
|
0,33333
|
12,5
|
68,684
|
A6.1
|
1
|
1
|
0,1
|
-2,3026
|
0,23026
|
72,0445
|
33,3333
|
10
|
2401,48
|
12,4558
|
0,33333
|
12,5
|
34,9558
|
A6.2
|
1
|
1
|
0,1
|
-2,3026
|
0,23026
|
152,544
|
33,3333
|
10
|
5084,8
|
26,3735
|
0,33333
|
12,5
|
48,8735
|
9
|
1
|
-14,732
|
1,74807
|
333,333
|
110
|
19280
|
100
|
2,66667
|
100
|
265
|
|||
LUAS PLOT
|
0,0004
|
||||||||||||
JMLH PLOT
|
3
|
||||||||||||
TOTAL LUAS PLOT
|
0,0012
|
Tabel
4. Analisis Vegetasi Hutan Alam Pada Tingkat Pohon
Nama Jenis
|
Jml Plot
|
Jmlh Indv
|
ni/N
|
Ln(ni/N)
|
H'
|
LBDS
|
K (inv/ha)
|
KR (%)
|
D (m2/ha)
|
DR
%
|
F
|
FR
|
INP
|
Eha
|
3
|
8
|
0,5
|
-0,6931
|
0,34657
|
1605,21
|
266,667
|
66,6667
|
53506,9
|
67,8743
|
1
|
42,8571
|
177,398
|
Jambu mete
|
2
|
2
|
0,125
|
-2,0794
|
0,25993
|
530,66
|
66,6667
|
8,33333
|
17688,7
|
8,86308
|
0,66667
|
14,2857
|
31,4821
|
A1.1
|
2
|
2
|
0,125
|
-2,0794
|
0,25993
|
415,265
|
66,6667
|
8,33333
|
13842,2
|
9,08057
|
0,66667
|
14,2857
|
31,6996
|
A1.2
|
2
|
3
|
0,188
|
-1,674
|
0,31387
|
961,625
|
100
|
8,33333
|
32054,2
|
6,36688
|
0,66667
|
14,2857
|
28,9859
|
Nona
|
1
|
1
|
0,063
|
-2,7726
|
0,17329
|
1393,33
|
33,3333
|
8,33333
|
46444,2
|
7,81517
|
0,33333
|
14,2857
|
30,4342
|
16
|
1
|
-9,4335
|
1,09955
|
400
|
100
|
20,1341
|
100
|
2,33333
|
100
|
300
|
|||
TIM
|
0,01
|
||||||||||||
Jumlah Plot
|
3
|
||||||||||||
Total Luas Plot
|
0,03
|
4.2. Pembahasan
Komposisi
tegakan dan tingkat penguasaan jenis vegetasi sangat berkaitan dengan
persaingan pertumbuhan. Indikator tercapainya proses adaptibiliti untuk semua
jenis vegetasi dalam pertumbuhannya akan menghasilkan komposisi tegakan dan
tingkat penguasaan jenis vegetasi dengan pertumbuhan yang normal dari waktu ke
waktu. Kondisi demikian akan tercapai jika tidak terjadi gangguan selama proses
pertumbuhan dan perkembangan berlangsung.
Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan pada praktikum ini yaitu
pengamatan analisis vegetasi hutan alam di berbagai plot yang di buat. Untuk
pengukuran tingkatan semai dilakukan pada plot 2 x 2, tingkatan pancang pada
plot 5 x 5, tingkatan tiang pada pada plot 10 x 10 dan pada tingkatan pohon
pengukuran di lakukan di plot 20 x 20. Tegakan semai dan pancang yang diamati
hanya jumlah individu jenisnya sedangkan tekagan tiang dan pohon yang diamati
jumlah individu jenis dan diameternya.
Pengamatan pertama dilakukan pada
plot 2 x 2 untuk tingkatan semai,dengan jumlah plot di masing-masing jenis
adalah 1. Untuk jenis B1.1 dengan jumlah sebanyak 7 individu, jenis B1.2 dengan
jumlah individu sebanyak 10, jenis B1.3 dengan jumlah individu sebanyak 2,
jenis A4.1 dengan jumlah individu sebanyak 3 jenis, jenis A4.2 dengan jumlah
sebanyak 1 individu, jenis A4.3 dengan jumlah sebanyak 6 individu. Adapun
jumlah total jenis pada plot 2 x 2 yaitu sebanyak 29 jenis individu.
Pengamatan selanjutnya dilakukan
pada plot 5 x 5 untuk tingkatan pancang, dengan jumlah masing-masing jenis
ialah 1. Untuk jenis A1.1 dengan jumlah sebanyak 1 individu, jenis A1.2 dengan
jumlah individu sebanyak 2, jenis A1.3 dengan jumlah individu sebanyak 1, jenis
A1.4 dengan jumlah sebanyak 1 individu, jenis A1.5 dengan jumlah sebanyak 1
individu, jenis A1.6 dengan jumlah sebanyak 6 individu, jenis A3.1 dengan jumlah
sebanyak 38 individu, jenis B6.4 dengan jumlah sebanyak 16 individu, dan untuk
jenis rumput dengan jumlah sebanyak 17 individu. Adapun jumlah total jenis pada
plot 5 x 5 yaitu sebanyak 81 jenis individu.
Pengamatan selanjutnya dilakukan
pada plot 10 x 10 untuk tingkatan tekagan tiang, dengan jumlah masing-masing
jenis ialah 1. Untuk jenis A1.1 dengan jumlah sebanyak 1 individu, jenis A1.2
dengan jumlah individu sebanyak 1, jenis A1.3 dengan jumlah individu sebanyak
1, jenis A5.1 dengan jumlah sebanyak 1 individu, jenis A5.2 dengan jumlah
sebanyak 1 individu, jenis A5.3 dengan jumlah sebanyak 4 individu, jenis A6.1
dengan jumlah sebanyak 1 individu, dan untuk jenis A6.2 dengan jumlah sebanyak
1 individu. Adapun jumlah total jenis pada plot 10 x 10 yaitu sebanyak 9 jenis individu.
Pengamatan terakhir dilakukan
pada plot 20 x 20 untuk tingkatan tegakan tiang, untuk jenis Eha dengan jumlah
sebanyak 8 individu dengan jumlahnya ialah 3 plot, jenis Jambu Mete dengan
jumlah individu sebanyak 2 dengan jumlahnya ialah 2 plot, jenis A1.1 dengan
jumlah individu sebanyak 2 dengan jumlahnya ialah 2 plot, jenis A1.2 dengan
jumlah sebanyak 3 individu dengan jumlahnya ialah 2 plot, dan untuk jenis Nona
dengan jumlah sebanyak 1 individu dengan jumlahnya ialah 1 plot. Adapun jumlah
total jenis pada plot 20 x 20 yaitu sebanyak 16 jenis individu.
V. PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum ini yaitu jenis yang ada pada plot 2 x 2 yaitu
dengan jumlah plot masing-masing jenisnya ialah 1. Pada plot 5 x 5 yaitu dengan
jumlah plot masing-masing jenisnya ialah 1. Pada plot 10 x 10 yaitu dengan
jumlah plot masing-masing jenisnya ialah 1. Sedangkan pada plot 20 x 20 yaitu Eha dengan jumlah plot ialah 3, Jambu Mete dengan jumah plotnya ialah 2, A1.1
dengan jumah plotnya ialah2, A1.2 dengan jumah plotnya ialah 2 dan Nona dengan
jumah plotnya ialah 1.
5.2. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan pada praktikum ini
agar informasi-informasi penting pada pelaksanaan praktikum ini disampaikan
dengan cepat agar para praktikan dan asisten tidak melakukan pengukuran yang
tidak di praktekkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dahir. 2012. Struktur dan Komposisi Vegetasi Tumbuhan
Bawah (Semak, Herba, Dan Rumput) Dengan Variasi Ketinggian, Pada Naungan Tectona Grandis L.F, di Desa
Selopamioro, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.. Uniersitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga. Yogyakarta.
Hamidun,
M.S dan Baderan, D.W.K. 2014. Habitat,
Niche dan Jasa Lingkungan
Penyusun Utama Vegetasi Kawasan Hutan Nantu Boliyohuto. Universitas Negeri
Gorontalo. Gorontalo.
Isa, Y. 2015. Struktur Vegetasi Tingkat
Pohon Di Dataran Rendah Suaka Margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Mustian. 2009.
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Pada Tanah Ultrabasa di Areal Konsesi Pt. Inco
Tbk. Sebelum Penambangan Propinsi Sulawesi Selatan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Nugroho, A.S., Anis, T dan Ulfah, M. 2015. Analisis Keanekaragaman Jenis Tumbuhan
Berbuah di Hutan Lindung Surokonto, Kendal, Jawa Tengah Dan Potensinya Sebagai
Kawasan Konservasi Burung. Jurnal Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. Universitas Pgri Semarang. Jawa
Tengah. Vol. 1(3). Hal 472-476.
Suwardi, A.B., Mukhtar, E dan Syamsuardi. 2013. Komposisi Jenis dan Cadangan Karbon di Hutan
Tropis Dataran Rendah, Ulu Gadut, Sumatera Barat. Jurnal Berita Biologi. Universitas
Andalas Padang. Padang. Vo.l 12(2). Hal 169.
Tudjuka,
K., Ningsih, S dan Toknok B. 2014. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat Pada
Kawasan Hutan Lindung Di Desa Tindoli Kecamatan Pamona Tenggara Kabupaten Poso. Jurnal Warta Rimba. Universitas
Tadulako. Sulawesi Tengah. Vol 2(1). Hal.
120-128.
Tulalessy, A.H. 2011. Potensi Flora Di Kabupaten Seram Bagian Barat. Universitas Pattimura Ambon. Ambon.Vol. 1(1).
Verrawaty
dan Rosmini. 2013. Tinjauan Hukum
Terhadap Dampak Aktifitas Usaha Dikawasan Taman Hutan Raya Bukit Soehato. Jurnal
Beraja Niti. Universitas Mulawarman. Bandung. Vol. 2(10).Hal 5.